Sambut Studio Music 577, Wabup Soppeng Motivasi Hando Kembangkan Bakat Ciptakan Lagu
Laporan : Alimuddin
Palapainfo.com,
Soppeng – Hari Jadi Soppeng ke-760 (23 Maret 2021), menjadi moment penting
bagi Studio Music 577. Betapa tidak, hari itu pihak studio music itu
mengunjungi Wakil Bupati Soppeng, Ir. H. Lutfi Halide, MP di rumah jabatannya
di Jl. Pemuda Watansoppeng, Selasa, 23 Maret 2021.
Bersama krue Studio Music 577, Yadi (Aransman Music) dan
Hando (Pencipta Lagu), Manager studio music ini, Mansyur Padu disambut baik
Wakil Bupati Soppeng, Lutfi Halide. Anchu, sapaan akrabnya, (Red. : Mansyur
Padu), menyampaikan kalau studio music yang dibina ini tak mungkin dapat
berkembang di daerah Soppeng ini tanpa dukungan pemerintah.
“Sebagai putra daerah Soppeng sudah menjadi kewajiban untuk
mendatangi Pemerintah Daerah Kabupaten Soppeng dalam mensosialisasikan diri
sekaligus meminta restu,” kata Anchu kepada Wabup Soppeng Lutfi Halide.
Kepada Wakil Bupati, Anchu memaparkan kronologi lahirnya
Studio Music 577 yang bertempat di Paria Kelurahan Manorangsalo Kecamatan
Marioriawa Kabupaten Soppeng. Meskipun sudah hadir studio ini di hadapan
pendengar dan pemirsa beberapa bulan terakhir ini, tetapi pendiri studio ini
berkehendak kalau kelahiran studio music 577 bertepatan dengan Hari Jadi
Soppeng yakni 23 Maret, sehingga manajer bersama sejumlah krue bersepakat untuk
menyatakan kalau Studio Music 577 lahir pada tanggal 23 Maret 2021.
Anchu juga memperkenalkan kepada Wabup Soppeng, Yadi sebagai
Aransman Music dan Hando adalah Pencipta Lagu. Dikatakan kalau Hando sudah
beberapa lagu ciptaannya namun Anchu mengakui baru satu lagu ciptaan Hando yang
sudah popular. Mutaroangnga Janci, itu judul lagunya, sambil Anchu
memperdengarkan lagu tersebut kepada Orang Nomor Dua di Pemerintahan Kabupaten
Soppeng ini. Terlihat, Lutfi Halide menyimak dengan baik lagu itu, bahkan
menyatakan jika lagu ini ingin dia menghapalnya untuk ia nyanyikan pada
saat-saat ada acara tertentu.
Ancu membeberkan juga, kalau Hando yang pencipta lagu ini,
adalah warga Kawarang yang rumahnya tidak jauh dari Balai Penyuluh Pertnian
(BPP) Kecamatan Marioriawa Kabupaten Soppeng di Panincong. Ia lahir pada tahun
1987.
Diketahui, manajer Studio Music 577 ini, Mansyur Padu, buah
hati dari La Padu dengan Hj. Imati. Anchu lahir pada tahun 1977 di Kajuara Desa
Bulue Kecamatan Marioriawa dari keluarga petani di lereng gunung yang jauh dari
keramaian.
Atas pernikahannya dengan Aminah pada tahun 2003, telah
melahirkan 2 putri, Ummul Khaer (2006) dan Kirana Khaerunnisa (2014).
Meski tetap tekun dengan pekerjaan sehari-harinya dalam
mencari nafkah untuk keluargasebagai leveransir hasil bumi Anchu pun tak
menyia-nyiakan waktunya untuk mempasilitasi anak muda yang berbakat seni
menyanyi. Lahirlah Studio Music 577, tak lain sebagai wahana penyaluran bakat
dan minat bagi anak muda dalam mengembangkan diri.
Kedatangan Anchu bersama kruenya di Rujab Wabup Soppeng ini,
tampak Ir. H. Lutfi Halide menyambut mereka dengan menyimak apa yang
disampaikan. Wabup Soppeng ini menyampaikan jika pihak Pemerintah Daerah
memberikan apresiasi yang tinggi atas kreatifitas dan inspirasi anak muda dalam
mengembangkan bakat khususnya menyanyi. Bahkan pihaknya menyampaikan banyak
terima kasih kepada Mansyur Padu yang memiliki kepekaan seni dan peduli
terhadap anak muda dalam pengembangan bakat dan minat yang dimiliki agar lebih
layak dan lebih bermartabat. Sehingga putra putri terbaik Soppeng akan lahir di
Studio Music 577 yang tidak hanya bagi Studio Music tetapi akan mengharumkan
nama daerah, Soppeng ke depannya.
Wakil Bupati Soppeng ini pun meminta kepada Studio Music 577
agar menciptakan lagu daerah yang menjadi icon Soppeng, lagu khas bagi
Kabupaten Soppeng. Pihaknya pun menawarkan agar lagu yang akan diciptakan itu
berkaitan dengan Pidato Bupati Soppeng H. A. Kaswadi Razak, SE di acara Hari
jadi Soppeng ke-760 tahun 2021, Judulnya Bulu Mangkawani. Bulu Mangkawani
adalah sebuah gunung yang menjulang tinggi di Bulu Dua jalan Poros Soppeng –
Makassar. Judul lagu ini, kata Lutfi, memiliki nilai sejarah kebesaran kerajaan
Soppeng. Bahkan menjadi nuansa integritas warganya dalam menjaga nilai – nilai
harkat dan martabat manusia yang ada di Bumi Latemmamala.
Sekadar diketahui, dalam lontara, dahulu kala ada seorang anak raja yang sedang memerintah,
namanya La Padoma, seseorang anak tunggal, anak remaja yang gagah perkasa.
Ia dijodohkan dengan I Mangkawani, seorang gadis yang sangat elok
parasnya, tiada taranya di bawah kolong langit ini. Pada waktu La Padoma
sudah dijodohkan itu, dibawalah sirih pinang dan barang-barang lainnya yang
sudah disepakati bersama di hadapan para pembesar dan disaksikan oleh Dewata.
Tujuh
hari sesudah perjodohan mereka itu, tibalah undangan dari Datu Pattuku, sepupu
La Padoma, untuk pergi menyabung. La Padoma meminta izin kepada ibunya. Ia
diizinkan tetapi ibunya memperingati supaya ia berhati-hati karena orang sedang
bertunangan biasanya berada dalam keadaan rawan. Berangkatlah La Padoma pergi
ke hulu.
Setelah
sampai dan menginap semalam, barulah gelanggang penyabungan dimulai.
Disabunglah ayam La Padoma melawan ayam Datu Pattuku. Pada saat ayam sedang
berlaga, saudara perempuan Datu Patukku menjenguk di jendela. Ketika La Padoma
bangkit, berjumpa pandanglah keduanya. Akhirnya La Padoma tidak
menghiraukan ayamnya lagi melainkan perempuan itulah yang diperhatikannya
terus. Melihat hal yang demikian, maka kata Datu Patukku.”jika adik ada hasrat
beristri, kembalilah dahulu lalu mengirim duta. Kalau orang Kahu menolak, nanti
kitalah yang mengikat janji.” Hal itu tidak dihiraukan La Padoma, maka kalahlah
ayamnya.
Setelah
penyabungan usai, La Padoma memohon kepada sepupunya agar ia diperkenankan
menginap di istana. Permintaanya itu dikabulkan. Pada waktu larut
malam,timbullah niat jahatnya. Ia masuk ke bilik saudara perempuan Datu
Pattuku. Hal ini terlihat oleh Datu karena La Padoma mempunyai panau yang
seperti bersinar di dalam gelap. Ditegurlah ia dan diingatkan apa yang sudah
disampaikan kepadanya di dalam gelanggang siang tadi. Tetapi La Padoma tidak
menghiraukan . maka ditunggulah ia di depan bilik itu. Ketika ia hendak keluar
pada waktu dini hari, ditikamlah ia dengan keris pusaka kerajaan Kahu. Ia pun
balik menikam, tetapi tidak mengena, yang kena ialah genderang kerajaan Kahu,
yang lalu mendengung tanpa dipukul selama tiga tahun. Sesudah itu La Padoma pun
rebah dan menghembuskan napasnya yang terakhir.
Datu
Pattuku lalu mengirim utusan untuk menyampaikan kepada masyarakat Bone tentang
kematian La Padoma. Setelah perutusan itu sampai di hadapan raja Bone,
berdatang sembahlah ia, katanya, “Mohon diampuni Tuanku, La Padoma tiada ada,
mati ditikam oleh Datu Pattuku, Raja Bone tidak percaya, katanya, “ Apa
gerangan yang dijadikan ia sampai mati demikian. Sebab Datu Pattuku itu dapat
dikatakan anak saya.” Setelah jenazah sampai di depan istana, barulah ia
percaya.
Melihat kejadian itu raja Bone berkata, siapakah di antara
sanak keluargaku yang akan membalaskan kematian La Padoma itu.” Mendengar
berita itu Datu Soppeng yang merupakan sepupu La Padoma dari pihak lain
menyatakan kesediaannya. Ia pun berangkat ke Kahu. Kebetulan sekali pada waktu
dia tiba di depan istana, Datu Pattuku turun dari tangga. Datu Soppeng langsung
menombaknya. Tepat mengenai dada lalu rubuhlah Datu Pattuku ke tanah. Pulanglah
Datu Soppeng ke Bone menyampaikan berita itu kepada Mangkauk. Raja Bone
menyuruh kabarkan tentang kematian La Padoma kepada tunangannya, I Mangkawani.
Setelah
sampai perutusan itu dan menyampaikan apa yang disuruhkan kepadanya, l
Mangkawani pun bersama keluarganya diliputi oleh perasaan sedih,
mengingat pertunangan mereka baru saja seminggu. Harta bendanya yang ada dibuang
dan diberikan kepada orang lain karena terlalu sedih dan malu menjadi janda
sebelum kawin. Dalam keadaan itu seorang di antara keluarga I Mangkawani
yang menyarankan agar ia pergi saja berlayar ke negeri lain untuk membuang rasa
malu dan duka. Dibuatkanlah perahu dan dipersiapkan barang-barangnya yang masih
tersisa, lalu berlayar I Mangkawani.
Sewaktu
sampai dipelabuhan Bone, di dapatinya rakyat Bone sedang berkumpul. Bermohonlah
mereka kepada I Mangkawani, seraya berkata,” karena engkau hendak membuang
segala yang ada padamu, maka kami memohon kiranya kami diberi keberanian.”
Sesudah itu I Mangkawani berlayar lagi. Sampailah ia di pelabuhan Wajo. Di
dapatnya di sana orang Wajo sedang berkumpul. Karena mengetahui maksud I
Mangkawani hendak membuang segala hartanya, maka mereka pun meminta kekayaan.
Kemudian
berlayar lagi, sampailah ia di Soppeng. Didapatnya disana orang Soppeng meminta
kepintaran kepada I Mangkawani. Itulah sebabnya kata orang dulu, orang Bone itu
berani, orang Wajo kaya, dan sebagian orang Soppeng pintar.
Itulah sebabnya juga sekarang tidak ada laki-laki yang memiliki pano pinceng, karena dibawa mati oleh La Padoma. Harta kekayaan I Mangkawani yang dibuang, ada yang menjaadi tanaman, ada yang menjadi binatang seperti kobowanna I Mangkawani,recca mangga , nasib malang.
Tidak ada komentar