Perusahaan dan Ketahanan Iklim: Memobilisasi Kekuatan Sektor Swasta untuk Mengatasi Risiko Iklim
Palapainfo.com,
Padang
-- Perubahan iklim secara langsung dan tidak langsung mengganggu penikmatan
semua hak asasi manusia, termasuk hak untuk hidup, perumahan, air dan sanitasi,
makanan, kesehatan, pembangunan, keamanan pribadi, serta standar hidup yang
layak. Lebih jauh lagi, dampak perubahan iklim memperburuk ketidaksetaraan yang
secara tidak proporsional mempengaruhi orang, kelompok dan masyarakat yang
sudah berada dalam situasi rentan termasuk anak-anak, perempuan, lansian, dan
penyandang disabilitas.
“Tanggapan yang efektif untuk mencegah,
mengurangi dan beradaptasi dengan perubahan iklim harus berlabuh pada standar
dan prinsip-prinsip hak azasi manusia dan lingkungan internasional seperti
solidaritas, kerja sama, transparansi, akses ke informasi, partisipasi,
kesetaraan, akuntabilitas, pembayaran pencemar dan prinsip kehati-hatian,”
jelas Program Officer PKBI Sumbar Henny Puspita Sari, dalam Workshop multi
stakeholder, pada Kamis (21/04/2022).
Menurutnya sektor swasta memainkan
peran sentral dalam perubahan iklim. Sebagian besar emisi CO2 yang
menyebabkan perubahan iklim berasal dari kegiatan ekonomi yang didorong oleh
Perusahaan. Namun, kegiatan perusahaan juga dapat berkontribusi pada inovasi
dan solusi untuk mencegah, memitigasi, dan beradaptasi dengan perubahan iklim
dan dampak buruknya terhadap lingkungan dan masyarakat. Untuk mencegah
kerusakan iklim di masa depan dan memastikan keadilan iklim, Perusahaan harus
menjadi bagian dari solusi.
Untuk itu PKBI Sumbar mengerakkan kembali keterlibatan sektor swasta dalam menangani konsekuensi kemanusiaan dari perubahan iklim dalam kegiatan “Workshop Multi Stakeholder untuk Sinkronisasi Program Pemerintah dan Peran Masing-masing Pihak Terhadap Ketahanan Iklim” yang dilaksanakan di Hotel ZHM padang, pada Kamis, 21 April 2022.
Hadir pada kegiatan tersebut, dua
perusahaan, yaitu PT. Angkasa Pura II dan PT. Pertamina (Persero) Depot
Pengisian Pesawat Udara (DPPU) Minangkabau. Kedua perusahaan ini sangat
mendukung kegiatan tersebut. Rido Armansah Manager
Health, Safety, Security, and Environmental (HSSE) Pertamina DPPU Padang
Pariaman menjelaskan bahwa pertamina sendiri memiliki program-program terkait
dampak perubahan iklim seperti penanaman pohon di beberapa nagari seperti di Ketaping
dan Ulakan, selain itu juga ada kegiatan penanggulangan stunting di beberapa
Puskesmas.
Tidak hanya itu, Rido Armansah juga
mengajak pemerintah daerah dan kelompok tani untuk turut berpartisipasi dalam
program yang telah dirancang oleh Pertamina DPPU.
Busyra Zahir, Assiten Manager
Infrastruktur PT. Angkasa Pura II menyatakan, peran perusahaan terhadap
ketahanan iklim, dapat dilihat dari tanggung jawab sosial dan lingkungan
yang menjadi komitmen perusahaan dalam menciptakan keseimbangan atas kondisi
lingkungan dan sosial, baik itu infrastruktur, pengembangan
dan penerapan teknologi, pendampingan dan peningkatan kapasitas masyarakat,
serta terkait dengan tata kelola dan pendanaan.
Perusahaan telah menyadari bahwa
tanggungjawabnya bukan lagi sekadar kegiatan ekonomi untuk menciptakan profit
demi kelangsungan bisnisnya, melainkan juga tanggungjawab sosial dan
lingkungan. Dasar pemikiran yang menggantungkan semata-mata pada kesehatan finansial
tidak akan menjamin perusahaan bisa tumbuh secara berkelanjutan. Dalam workshop
ini diharapkan perusahaan dapat membangun hubungan kemitraan yang harmonis
dengan Pemerintah daerah dan masyarakat. (is)
Tidak ada komentar