Breaking News

Mari !!! Berpilkada Waras dan Waras Berpilkada



Berpilkada yang waras, waras berpilkada, mengedepankan adu gagasan, visi dan misi, terlebih bagi kontestan dan lebih-lebih kepada tim sukses (maaf, kata sukses dalam tulisan ini bukanlah tagline Paslon Bupati dan Wakil Bupati tetapi sukses sebagaimana termuat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) disusun oleh tim perkamusan di bawah pimpinan Sri Sukesi Adiwimarta. Penyusunan KBBI dimulai pada akhir tahun 1974 dan diterbitkan pada tahun 1983).


Hanya dengan kewarasanlah yang akan menjadikan politik bukanlah tentang kekuasaan, tetapi lebih kepada pelayanan kepada masyarakat.


"Bukan berebut kekuasaan apalagi menjadi penguasa, karena sesungguhnya politik yang adil adalah politik yang memperjuangkan hak-hak semua lapisan masyarakat."


Di dalam pilkada, tak ada yang tak bisa berubah. Karena, sesungguhnya, esensi pilkada itu sendiri adalah kesinambungan, mengubah kepemimpinan, juga mengubah keadaan dari baik menjadi tambah baik, mau tak mau, harus pandai bermain di tengah arus yang setiap saat ingin berubah. Di sinilah pentingnya, seorang politisi, harus memiliki bakat menjadi aktor, dapat memerankan berbagai watak, agar selalu memiliki peran penting dan strategis dalam setiap drama politik.


Selama ini proses pilkada kerap dimaknai sebagai perebutan kekuasaan, ketika terpilih jadilah penguasa. Di sini ketidakwarasan ditandai dengan perbuatan, karena sesungguhnya pilkada adalah pesta rakyat, bukan pemaksaan rakyat.


Orang yang waras berpolitik tentu tidak pernah melihat lawan politik sebagai musuh yang harus dihabisi tetapi melihat lawan politik sebagai mitra kompetisi dalam memotivasi diri untuk tampil lebih baik.


Keputusan-keputusan untuk merebut kekuasaan demi kepentingan tim sukses, kelompok dan golongannya.


Paradigma yang tidak waras berdampak kepada tim sukses atau tim pemenangan masing-masing. Sering mereka terjebak pada perilaku hasut, hate speech, dan primordial (merasa paling asli daerah) yang mencederai falsafah kehidupan bermasyarakat.


Kontestasi Pilkada sebagai proses politik harus dimaknai dan diaktualisasikan dengan kewarasan. Politik yang bijak adalah politik yang mampu mempersatukan perbedaan dan membangun kerjasama yang harmonis. Maka syarat penting menjadi pelayan rakyat harus berwawasan negarawan.


Tim pendukung yang waras dapat menghindari jebakan fanatisme. Ikhtiar mencari dukungan wajib dilakukan tetapi sikap fanatik harus dihindarkan. Perilaku fanatik kerap membuat seseorang kehilangan kesempatan menempatkan orang lain secara adil. Dampaknya akan kehilangan respek pada pihak lain yang berujung pada tumbuh-suburnya narasi kebencian.


Siapapun pemenangnya, jika dia seorang negarawan pastilah kiblatnya bukan konsultan atau timses, melainkan rakyat secara keseluruhan. Jadi bersikap fanatik dan destruktif sejatinya hanya akan menanambah kekecewaan. Sebab ketika yang didukungnya menang, tak dapat pula menjadi pemuas harapan-harapan yang sempit. 


Itulah sebabnya banyak timses pasca pilihannya terpilih malah kecewa, karena menjadikan makhluk tempatnya berharap.


Pemikiran yang sempit hanya akan menjadi duri dalam daging tim pemenangan. Alih-alih menyatukan kekuatan, justru sebaliknya menjadi pemicu konflik internal. Jadi menjaga kewarasan ketika Pilkada itu penting. Hanya dengan begitu semua proses politik di daerah dapat dilangsungkan dengan riang hati.


Pada akhirnya setiap proses politik prosedural berlangsung untuk menghadirkan kebahagiaan. Karena rumusnya begini, jika seseorang bahagia, maka ikhtiar sehat dan suksesnya kian mudah.


Jika kontestan Pilkada bahagia, semangatnya bukan mengejar kekuasaan tapi pelayanan. Cara berpikirnya tidak rumit dan aneh-aneh. Hanya dengan begitu value hidupnya akan bermakna, perjuangannya berasa mudah dan enteng.


Jika tim pemenangan bahagia, tiap dinamika internal dan konflik kepentingan semakin membuat mereka bertambah solid. Mereka sadar, kehadirannya untuk memenangkan rakyat mendapatkan pilihan pemimpin terbaik.


Jika rakyat melihat Anda sebagai tim atau kontestan yang damai, auranya akan menular, rakyat juga turut bahagia. Jika rakyat melihat keseluruhan kekuatan timses dipenuhi energi positif, maka kebahagiaan mereka itu tanda kemenangan Anda.


Insyaallah, menjadi kemenangan kita kedamaian dan keadilan merupakan tujuan utama dalam berpolitik, jadi tetaplah waras berpilkada. (Alimuddin)


Tidak ada komentar